Selasa, 25 September 2012

Media di Dalam Cengkraman Industri dan Komersialisasi

Dosen : Aminah Swarnawati
Penulis : Amos Mosses (915090054)

Media massa sudah menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa dewasa ini. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Hal pertama yang harus diperhatikan adalah keadaan masyarakat Indonesia saat ini. tak bisa dipungkiri lagi bahwa masyarakat Indonesia sangat haus akan informasi, terutama  di era demokrasi ini serta ditambah dengan “gagapnya” masyarakat Indonesia pasca era kegelapan informasi pada zaman orde baru berlangsung. Dengan segala kemudahan akan mengakses informasi semua masyarakat di Indonesia berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi yang paling terbaru dan paling hangat yang sedang terjadi di sekitar mereka.

apakah anda merupakan salah satu penikmat televisi?

Dengan adanya fenomena tersebut media massa yang bertugas untuk mencari informasi, mengolah, sera menyajikannya kepada masyarakat, seperti mendapatkan angin segar untuk berkembang dengan luar biasa. Melihat hal ini maka pendapat dari Eoin Devereux (2005) mengenai media massa bisa diterima. Deveraux mengatakan media massa merupakan sebuah industri atau organisasi, serta sekarang ini telah menjadi sebuah institusi untuk memproduksi komoditas. Komoditas dalam artian sesuatu yang mempunyai nilai ekonomis besar dan digunakan untuk mengeruk keuntungan.

Fenomena ini berkembang pesat di luar negeri, beberapa pihak yang mengerti akan hal ini akhirnya membuat suatu kerajaan media massa yang dimana memberikan keuntungan yang luar biasa bagi mereka dan menjadikan mereka jutawan-jutawan yang luar biasa, dengan hanya berjualan informasi kepada khalayak luas. Tokoh-tokoh tersebut antara lain Rupert Murdoch dengan News Corporation-nya, lalu Silvio Berlusconi, mantan Perdana Menteri Italia, yang memiliki Mediaset, salah satu perusahaan media terbesar di Eropa, lalu yang sedikit unik adalah Hugh Hefner dengan majalah Playboy-nya yang menggemparkan dunia. Boleh dibilang mereka adalah orang-orang yang pandai melihat peluang dari hebatnya media massa.


Ternyata fenomena inipun langsung ditangkap oleh sebagian orang di Indonesia, tercatat pasca pemerintahan orde baru, beberapa pihak melihat peluang dan akhirnya kerajaan media massa di Indonesia pun hadir. Sebut saja MNC Group dengan Harry Tanoesudibjo sebagai pemiliknya, lalu ada Media Grup yang dipimpin oleh seorang pemimpin partai baru, yaitu Surya Paloh. Politisi yang juga ketua umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, juga tidak mau kalah dengan memiliki Viva Grup dengan membawahi, TVOne, ANTV, dan lainnya. Lalu masih ada Kompas Gramedia Grup, kemudian Jawa Pos Grup. Mereka adalah sebagian dari kerajaan-kerajaan media massa yang sekarang ada di Indonesia.

Lalu apa yang salah dengan adanya kerajaan media massa yang di Indonesia. Seperti yang dikatakan Deveraux (2005) ketika media massa sudah menjual komoditas dan mencari keuntungan belaka, maka media massa dikhawatirkan akan melupakan fungsi-fungsinya seperti yang tercatat pada UU nomor 32 tahun 2002, yaitu sebagai media untuk pendidikan, pengontrol, informasi, serta hiburan. Memang dalam kenyataannya semua hal tersebut telah dilaksanakan oleh media, namun yang paling dikhawatrikan adalah banyaknya informasi yang “disetir” oleh para pemilik yang dalam dunia ekonomi menjadi kekuatan penting karena menyandang modal, yang menjadi kekutan utama industri.

Sekarang bayangkan ketika para pemilik yang menjadi bagian penting dari industri ingin mengintervensi media mereka karena banyaknya kepentingan mereka yang ingin diperjuangkan. Bagaimana masyarakat bisa mendapatkan informasi yang berkualitas jika setiap hari hanya menyaksikan informasi yang sebenarnya hanya menguntungkan sebgaian orang saja? Selain itu, hal yang banyak dikhawatirkan adalah media massa digunakan sebagai kendaraan politik oleh pemiliknya, mengingat banyaknya politisi kita yang dengan secara gamblang bertarung untuk menjadi penguasa di negeri ini..

Dengan adanya cengkraman industrialisasi dan komersialisasi, dikhawatrikan masyarakat luas juga akhirnya hanya mendapatkan tayangan hiburan yang tidak berkualitas. Dalam prakteknya sekarang media hanya berusaha untuk menghasilkan produk-produk yang “dibeli” oleh banyak orang, dan melupakan fungsi utamanya yang lain yaitu selain untuk menghibur, media juga berkewajiban untuk mendidik masyarakat agar kualitas kehidupan bisa terangkat.

Melihat realita yang ada semua pemilik kepentingan dalam industry ini haruslah berpikir ulang mengenai fenomena ini. Jika dibiarkan lebih lanjut maka masyarakat yang adalah konsumen terbesar dari produk media massa, pada akhirnya akan sangat dirugikan. Pemerintah dalam hal ini memegang peranan yang sangat penting,sebagai regulator dan pelindung masyarakat. Janganlah ketamakan dan kerakusan segelintir orang akan kekuasaan dan uang sedikit demi sedikit menghancurkan bangsa ini.

Sumber Gambar :

Fotografi

Dosen : Didiet Anindita
Penulis : Vera (915090077)

Seiring berkembangnya zaman, dunia fotografi kini semakin menjadi suatu tren. Semua orang suka berfoto. Dimanapun mereka berada, foto seakan suatu komponen yang wajib untuk diambil. Tak hanya memotret diri, bahkan mereka banyak yang menyukai memotret benda-benda di sekitar. 

Karena banyaknya orang yang suka memotret, kini kita sudah biasa melihat banyak dari mereka yang telah memiliki kamera profesional seperti DSLR. Mereka pun berlomba-lomba untuk belajar tentang fotografi yang ternyata memiliki berbagai teknik. Ya, karena dengan kamera DSLR, kita bisa mendapatkan hasil foto yang lebih bagus dari hasil foto yang bukan diambil dari kamera profesional tersebut. 

Lantas, apa sajakah tekniknya?

Pertama, Panning Photography. Teknik ini merupakan cara memotret benda bergerak dengan kecepatan lambat. Objek yang dihasilkan merupakan benda bergerak dengan background yang benar-benar blur dan memiliki pola menarik. Berikut ini contoh dari Panning Photography :

salah 1 contoh foto panning

Kedua, Sport Photography. Teknik ini biasanya digunakan untuk memotret momen olahraga. Tingkat kesulitannya cukup tinggi karena anda harus menguasai tekniknya, berpacu dengan waktu, dan bisa mendapatkan momen yang bagus.

foto olahraga

Teknik ini memiliki panduan yang dapat anda lakukan, yaitu :

1. Menggunakan Lensa Tele
Lensa dengan rentang fokus 400mm ini berfungsi memperbesar gambar atau untuk membawa subjek agar terlihat lebih dekat. Sehingga, momen berhargapun bisa anda dapatkan walau dari jarak jauh.

2.Gunakan Kecepatan Rana Tinggi
Demi menangkap aksi yang bergerak cukup cepat dan terlihat tajam, anda harus menggunakan kecepatan rana minimal 1/320 detik. Terlebih untuk memotret aksi atlet basket dan lempar lembing.

3. Kecepatan ISO
Gunakan kecepatan ISO minimum yang memungkinkan anda menggunakan kecepatan rana tinggi yang diperlukan bersama apertura besar yang anda miliki.

4. Gunakan Monopod
Monopod berfungsi mencegah goyangan kamera yang akan membuat foto kabur. 

Ketiga, Zooming Photography. Teknik ini harus menggunakan lensa zoom. Untuk memotret, sang fotografer harus menggunakan kecepatan lambat dan memainkan zoom pada lensa.

Keempat, Journalism Photography. Teknik ini terkait dengan suatu peristiwa penting yang diberitakan melalui foto. Isi di dalam foto ini harus memilik 5W+1H, yaitu memiliki informasi dan data agar ia memiliki suatu cerita.

Teknik ini memiliki 2 jenis. Pertama, foto essay, yaitu teknik memotret yang memiliki beberapa seri foto, terdapat beberapa frame, dan saling terangkai satu sama lainnya. Sehingga kita dapat suatu cerita menarik di dalamnya.

Kedua, Decescue Moment. Foto ini diambil secara candid kepada beberapa orang dalam satu frame dan pandangan mereka saling bertentangan.

Pengetahuan Dasar Fotografi

a. Komponen Foto
Foto merupakan kombinasi antara tiga komponen. Pertama, Aperture. Merupakan besarnya sinar yang masuk ke kamera untuk membentuk sebuah foto. Simbolnya adalah f/2.8, f/4, f/5.6, dan lainnya.

Kedua, Shutter Speed. Merupakan kecepatan sinar yang masuk ke dalam foto. Komponen ini berhubungan dengan waktu. Simbolnya yaitu 1/50 secs, 1/100 secs, dan lainnya.

Ketiga, ISO/ASA. Yait kepekaan kamera terhadap sinar. Semakin kecil ISO, semakin terang hasil foto yang dihasilkan.

b. Rules Of Third
Merupakan rumus fotografi untuk membut komposisi. Terdiri dari garis-garis imajiner yang kita buat untuk meletakkan objek tertentu.

c. Zona System
Zona System adalah gradasi dari terang ke gelap. Biasanya untuk foto hitam putih (B&W). Foto hitam putih sebenarnya memiliki 3 warna, yaitu hitam, abu-abu, dan putih.

d. Resolution Photo
Merupakan kemampuan kamera untuk membentuk gambar. Manusia memiliki kemampuan melihat sebanyak 120 juta/pixel sama seperti sebuah kamera. Sedangkan satu halaman majalah biasanya memiliki resolusi sebanyak 9 juta/pixel.

e. Infra Red
Merupakan file yang hanya mengandung black/red (magenta) dan white.

f. Hitam
Merupakan area yang tidak bereaksi terhadap infra merah.

g. Merah/Red/Magenta
Merupakan midtone (warna tengah) dari infra merah.

h. Putih
Merupakan area yang paling banyak mengandung infra merah.

i. Sinar
Sinar dibagi menjadi tiga, yaitu ultraviolet, sinar yang dapat terlihat oleh mata manusia, dan infra red.

j. Side Lighting
Pencahayaan yang dapat dilihat daru berbagai sisi di dalam suatu wilayah. Contohnya, warna biru langit di setiap negara berbeda-beda. Di negara yang berada di garis khatulistiwa seperti Indonesia, sangat sulit untuk mendapatkan warna langit yang benar-benar biru. Berbeda jika kita memotret langit di Eropa yang akan mendapatkan biru yang menajubkan. Hal ini disebabkan karena sinar matahari berasal dari sisi samping sehingga tercipta biru yang terang.

Sumber Gambar :

Senin, 24 September 2012

Iklan dan Kekerasan Simbolik

Dosen : Endang Murwani
Penulis : Irvina Lioni Yuniasari (915090069)

Setiap waktu, kini kita tidak dapat terlepas dari iklan. Tatkala kita terbangun dari tidur dan langsung melihat telepon selular, seringkali kita melihat iklan yang tak sengaja melintas di media sosial atau pada kotak masuk pesan singkat. Ketika berangkat ke sekolah, kantor, atau kampus, berbagai bentuk iklan dapat kita lihat di sepanjang jalan. Mulai dari poster, flyer, billboard, dan lainnya. Tanpa disadari atau dalam kondisi tersadar.

Apakah anda menyukai iklan? Bagaimana pengaruh iklan terhadap kehidupan anda?

Untuk itu, kita bisa menyimpulkan bahwa kini iklan memang benar-benar telah mengepung kita. Dari segala penjuru, sepanjang waktu, dan bahkan ia mampu menembus hampir seluruh celah kehidupan setiap orang. Seakan-akan ia memang benar-benar ingin membius pikiran kita dengan pesan yang disampaikan. Ketika kita telah terbius, maka tergeraklah hati untuk membeli barang yang sempat kita lihat dan dengar melalui iklan. Walau barang tersebut sebenarnya bukanlah kebutuhan penting. Mungkin hanya sekadar untuk membangun gengsi.

Seperti yang telah kita tahu bahwa iklan merupakan bagian dari marketing dan promosi. Menurut pengertiannya, iklan merupakan salah satu bentuk penyampaian pesan dari suatu produk yang bertujuan untuk menggerakkan pembelian di benak konsumen. Dari suatu iklan, kita dapat mengetahui info tentang produk yang disampaikan. Namun sebenarnya, jika kita dapat menelaahnya lebih lanjut, terkadang ia juga mengkonstruksikan hal tertentu terhadap pemikiran konsumen. Ia dapat membentuk sistem nilai, gaya hidup, maupun selera budaya tertentu. Dari sinilah dapat kita temukan, bahwa iklan ternyata memiliki kekerasan simbolik.

Seperti apa sajakah kekerasan simbolik itu?

Cobalah anda bertanya kepada orang disekitar tentang definisi wanita cantik dan pria tampan. Apakah jawaban yang akan anda dapatkan?

Kecantikan dan ketampanan seseorang sebenarnya relatif, tergantung dari selera setiap orang yang berbeda-beda. Namun secara umum, kita dapat mengetahui bahwa secara fisik ada beberapa simbol yang dapat membedakan mana orang yang cantik atau tampan dan mana yang tidak. 

Banyak orang yang menganggap bahwa kecantikan seorang wanita dapat dinilai dan ditandai ketika ia berambut panjang, hitam, dan lebat. Tubuhnya harus seperti KUTILANG (kurus, tinggi, dan langsing). Sedangkan seorang pria tampan dapat didefinisikan tatkala ia memiliki badan six-pack. Mungkin beberapa dari anda menyetujui dengan apa yang telah disampaikan diatas. Jika benar, anda sebenarnya merupakan korban dari kekerasan simbolik iklan.

Salah satu iklan cetak sebuah sampo ternama. 

Definisi wanita cantik dan pria tampan sebenarnya dapat kita ketahui melalui media, khususnya iklan. Banyak iklan yang mempropagandakan pikiran konsumen dengan sesuatu yang menjadi gaya hidup baru. Contohnya, ada satu iklan susu kesehatan pria yang memiliki tagline "Kerempeng? Mana Keren!". Dari sinilah kini banyak pria yang berbondong-bondong untuk membentuk badan mereka melalui program gym dan meminum produk susu yang telah mereka lihat sebelumnya melalui iklan.

Iklan susu diet untuk wanitapun tak mau kalah. Seakan-akan ia membenarkan bahwa seorang wanita seharusnya mau berdiet demi bentuk badan yang bagus dan terlihat cantik. Sehingga mungkin kita dapat melihat tren diet pada masa sekarang. Mungkin anda adalah salah satunya.

Lihatlah beberapa iklan sampo untuk perempuan yang bisa anda saksikan di televisi. Model yang dipakai pasti yang berambut panjang, hitam, dan lebat. Hampir tidak ada satupun iklan sampo yang menggunakan model perempuan berambut kribo, keriting penuh, cepak, dan model rambut lainnya. Mengapa mereka serentak memakai model seperti itu? Ya tentu saja mereka ingin membius konsumen wanita bahwa cantik adalah ketika seseorang memiliki rambut panjang, hitam, dan lebat. Jika konsumen wanita menginginkannya, mereka bisa menggunakan produk sampo yang telah dilihatnya melalui iklan.

Tak salah jika banyak ilmuwan yang mendefinisikan iklan dalam berbagai fungsi. Menurut Pollay, iklan memiliki dua fungsi, yaitu Informasional dan Transformasional. Informasional dapat diartikan bahwa fungsi iklan sebagai pengantar info dari suatu karakteristik produk kepada konsumen. Sedangkan Transformasional  merupakan salah satu fungsi iklan yang dapat mengubah sikap yang dimiliki konsumen terhadap merk, pola belanja, gaya hidup, teknik-teknik mencapai sukses, dan lainnya.

Baudrillard mendefinisikan fungsi iklan sebagai suatu fenomena sosial bernama Consumer Society. Dimana objek dalam iklan tidak berdiri sendiri, melainkan dibentuk oleh sebuah sistem tanda. Contohnya, warga menengah Jakarta banyak sekali yang berwisata kuliner di mal-mal besar hanya untuk meningkatkan gengsi, bukan hanya sekadar untuk mengenyangkan perut.

Barthes menganalisa iklan sebagaimana layaknya seorang ahli liguistik. Ia selalu membongkar makna dari pesan pada imej dan teks. Sedangkan Bourdieu memahami iklan sebagai seluruh tindakan pendagogis (rumah, sekolah, kelas sosial tertentu dan media) atau sebagai sarana yang digunakan untuk melakukan tindakan pendagogis. Misalnya, wanita konglomerat identik dengan barang-barang bermerk terkenal dan hal ini biasanya dapat kita pelajari ketika kita melihat suatu tayangan iklan pada produk yang biasa mereka pakai. Maka tak heran jika kini banyak wanita dari kalangan biasa yang berbondong-bondong membeli barang-barang bermerk yang aspal (asli tapi palsu) agar terlihat seperti seorang wanita konglomerat. 

Itulah iklan. Ia selalu menggambarkan sesuatu yang tampak bagus di mata kita. Imej yang diproduksi olehnya yaitu kebahagiaan, keharmonisan, kecantikan, ketampanan, kejantanan, dan gaya hidup modern. Hal-hal inilah yang dapat kita jadikan sebagai sistem nilai yang dimiliki kelas dominan yang diedukasi dan ditanamkan kepada kelompok masyarakat.

Sumber Gambar :

http://www.mcbrublog.com/2012/09/11/making-the-most-of-your-online-advertising/
http://perlombaan.web.id/bakat/clear-hair-model-2012/